Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

About

Tahun Baru Hijriah: Sejarah, Keutamaan, Amalan, serta Doa yang Dapat Diucapkan Ketika Menyambutnya



Tahun baru Hijriah menjadi salah satu momen penting yang dinanti-nantikan setiap umat Islam.


Bagaimana tidak, terdapat banyak amalan yang jika dikerjakan dapat memberi kita banyak pahala dari Allah SWT


Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasannya berikut ini!


Sejarah Tahun Baru Hijriah

Sejarah mencatat nama besar Umar bin Khattab (586-644 M) dalam menginisiasi banyak hal termasuk penanggalan awal tahun baru Islam atau kalender hijriah.


Sejarah juga mengaitkan peran utama Umar bin Khattab ra sebagai khalifah dalam penentuan awal mula tahun baru Islam.


Dilansir dari Islam NU, Al-Askari mengatakan:

“Umar bin Khattab adalah khalifah pertama yang diberi gelar ‘Amirul Mukminin.’


Ia juga khalifah pertama yang menentukan peristiwa hijrah sebagai awal tahun penanggalan Islam,” (Jalaluddin As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1428 H], halaman 143).


Pada suatu waktu, Abu Nuaim dan Al-Hakim menceritakan bahwa suatu hari Abu Musa Al-Asy’ari menulis sepucuk surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. Ia berkata:


“Sungguh, surat-surat darimu telah kami terima tanpa catatan tanggal, bulan, dan tahun.”


Umar bin Khattab RA pun kemudian mengundang para sahabat terkemuka untuk memusyawarahkan masalah ini. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz VII, halaman 307).


Musyawarah penentuan tahun baru Islam (kalender hijriah) tersebut terjadi pada tahun 17 H, yaitu tahun keempat kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khattab, dan setelah 6 tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: VII/308).


Dalam musyawarah tersebut, Umar bin Khattab RA menentukan Hijriah sebagai patokan dalam menulis penanggalan, karena Hijrah memisahkan yang hak dan batil.


Perhitungan tanggal pun dimulai sejak Rasulullah saw keluar atau hijrah dari Makkah menuju Madinah, ketika dikejar kafir Quraisy.


Selain itu, penentuan bulan pertama juga Umar bin Khattab ra, yaitu pada bulan Muharram, karena menjadi waktu orang bergegas meninggalkan rangkaian ibadah haji.


Terdapat 12 bulan dalam sistem penanggalan Islam yang tercantum dalam Alquran surah At-Taubah ayat 36, yang berbunyi:


إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ


"Inna 'iddatasy-syuhụri 'indallāhiṡnā 'asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa min-hā arba'atun ḥurum,


żālikad-dīnul-qayyimu fa lā taẓlimụ fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatang kamā yuqātilụnakum kāffah, wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn."


Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.

Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa," (Alquran surah At-Taubah ayat 36).

Keutamaan dan Makna Tahun Baru Hijriah



Tahun baru hijriah memiliki makna agar umat Islam mampu mengambil pelajaran serta menjadikannya semangat perjuangan tanpa mengenal rasa putus asa serta optimisme yang tinggi.


Yakni semangat hijrah dari hal buruk menuju hal yang lebih baik. Adapun keutamaan yang perlu diketahui mengenai tahun baru Hijriah, meliputi:


1. Bulan yang Diagungkan Allah SWT

Allah SWT memiliki 4 bulan suci yang diagungkan, di antaranya adalah bulan Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Hijriah.


Dalam sebuah hadis dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ


Artinya: ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci).


Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban,” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).


Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa Allah menjadikan mereka bulan-bulan yang suci dan kesuciannya begitu diagungkan, dan menjadikan dosa di dalamnya juga besar.


Sehingga, umat Islam dilarang melakukan dosa-dosa yang buruk pada bulan-bulan tersebut, karena melakukan dosa pada bulan-bulan tersebut dosanya dapat lebih besar.


Sebaiknya berbuat baiklah pada bulan tersebut yang bernilai pahala, guna memperoleh banyak pahala dari Allah SWT.


2. Bulan yang Dimuliakan

Di bulan Muharram, terdapat hari Asyura, yaitu pada tanggal 10 Muharram.


Di hari tersebut, umat Islam dapat melakukan amalan berupa puasa sunah atas kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa.


Hal tersebut dijelaskan dalam hadis dari Ibnu Abbas, yang berbunyi:


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ


Artinya: "Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah,


Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata:


'Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah'.


Maka Beliau bersabda: 'Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka'. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya," (HR. Bukhari).


Dalam hadis di atas disebutkan bahwa pada hari ke-10 bulan Muharram atau 10 bulan Tishrei (bulan ketujuh dari kalender lunisolar Ibrani) merupakan peristiwa kemenangan Musa dan Bani Israel atas Fir’aun dan bala tentaranya.


Orang-orang Yahudi menyebut tanggal tersebut sebagai Hari Suci Yom Kippur. Sebagai rasa syukur, umat Yahudi melaksanakan puasa pada hari tersebut.


Berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas ini pula, tidak sedikit yang berasumsi bahwa Nabi SAW menganjurkan puasa Asyura setelah hijrah dari Mekah yang terinspirasi dari kebiasaan orang-orang Yahudi di Madinah.


Melakukan puasa di hari Asyura sangat dianjurkan oleh agama islam. Rasulullah SAW Bersabda:


“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulannya Allah, Muharram” (HR Muslim).


Di antara keutamaan puasa ini ialah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.


Doa Tahun Baru Hijriah



Saat memasuki tahun baru Hijriah, terdapat doa yang bisa kita panjatkan kepada Allah SWT, dengan harapan dapat dianugerahkan rahmat, lindungan, kesehatan, keharmonisan, keselamatan, kelapangan rezeki, jodoh, karier, wafat husnul khatimah, dan berbagai kebaikan lainnya.


Adapun doanya, yaitu:


اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ


"Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal.


As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm."


Artinya: "Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan.


Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini.

Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat.

Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan."

Dilansir dari Islam NU, doa ini bisa dibaca sebanyak 3 kali dalam rangka menyambut tahun baru.

Amalan Tahun Baru Hijriah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tahun baru Hijriah atau bulan Muharram, merupakan bulan suci yang diagungkan oleh Allah SWT, sehingga melakukan amalan baik dalam bulan tersebut insya Allah dilimpahkan pahala.

Dilansir dari Islam NU, para ulama telah mengklasifikasikan jenis amalan yang hendaknya diperbanyak selama bulan Muharram yaitu:

  1. Melakukan salat
  2. Berpuasa
  3. Menyambung silaturahmi
  4. Bersedekah
  5. Mandi
  6. Memakai celak mata
  7. Berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)
  8. Menjenguk orang sakit
  9. Menambah nafkah keluarga
  10. Memotong kuku
  11. Mengusap kepala anak yatim
  12. Membaca Surat al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.

sumber : https://www.orami.co.id/

Post a Comment for "Tahun Baru Hijriah: Sejarah, Keutamaan, Amalan, serta Doa yang Dapat Diucapkan Ketika Menyambutnya"